Kamis, 11 Februari 2010

GLOBALISASI EKONOMI

Globalisasi Perekonomian

Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa.

Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik.

Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut:

  • Globalisasi produksi, di mana perusahaan berproduksi di berbagai negara, dengan sasaran agar biaya produksi menajdi lebih rendah. Hal ini dilakukan baik karena upah buruh yang rendah, tarif bea masuk yang murah, infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim usaha dan politik yang kondusif. Dunia dalam hal ini menjadi lokasi manufaktur global.
Kehadiran tenaga kerja asing merupakan gejala terjadinya globalisasi tenaga kerja
  • Globalisasi pembiayaan. Perusahaan global mempunyai akses untuk memperoleh pinjaman atau melakukan investasi (baik dalam bentuk portofolio ataupun langsung) di semua negara di dunia. Sebagai contoh, PT Telkom dalam memperbanyak satuan sambungan telepon, atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol telah memanfaatkan sistem pembiayaan dengan pola BOT (build-operate-transfer) bersama mitrausaha dari manca negara.
  • Globalisasi tenaga kerja. Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf profesional diambil dari tenaga kerja yang telah memiliki pengalaman internasional atau buruh kasar yang biasa diperoleh dari negara berkembang. Dengan globalisasi maka human movement akan semakin mudah dan bebas.
  • Globalisasi jaringan informasi. Masyarakat suatu negara dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia karena kemajuan teknologi, antara lain melalui: TV,radio,media cetak dll. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju telah membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia untuk barang yang sama. Sebagai contoh : KFC, celana jeans levi's, atau hamburger melanda pasar dimana-mana. Akibatnya selera masyarakat dunia -baik yang berdomisili di kota ataupun di desa- menuju pada selera global.
  • Globalisasi Perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai hambatan nontarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan persaingan menjadi semakin cepat, ketat, dan fair.

Thompson mencatat bahwa kaum globalis mengklaim saat ini telah terjadi sebuah intensifikasi secara cepat dalam investasi dan perdagangan internasional. Misalnya, secara nyata perekonomian nasional telah menjadi bagian dari perekonomian global yang ditengarai dengan adanya kekuatan pasar dunia.

Selasa, 09 Februari 2010

GLOBALISASI EKONOMI

Pengaruh Globalisasi Bagi Dunia Kerja

Globalisasi menuntut fleksibilitas dan tuntutan kerja yang semakin tinggi, namun ini tidak diiringi kenaikan upah yang tinggi, melainkan jam kerja yang terus meningkat.

Situasi buruk yang dialami pekerja juga tengah menjadi trend di Eropa, termasuk Jerman.Uni Eropa memang menetapkan ketentuan situasi bekerja yang baik, tapi karena kewenangan politik tenaga kerja berada di tingkat nasional, hal ini jarang dibahas dalam masyarakat. Yayasan Jerman Friedrich Ebert Stiftung mencoba mengangkat tema tersebut beberapa waktu lalu di Berlin, dalam sebuah diskusi "Von humanisierter zu guter Arbeit" atau dari pekerjaan yang lebih manusiawi ke pekerjaan yang baik
Prof. Dieter Sauer: „Hampir 50 persen para pekerja melakukan tugasnya di bawah tekanan waktu. Juga banyak yang mengeluh mengalami gangguan psikis, seperti depresi atau ketakutan. Inilah tendensi penyakit yang meningkat 70 persen di kalangan pekerja, sejak sepuluh tahun terakhir.“
Prof Dieter Sauer dari Institut untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial München menyampaikan dampak kondisi yang buruk di tempat kerja dalam diskusi yang diselenggarakan Friedrich Ebert Stiftung (FES).
Helmut Weber, ketua komite urusan tenaga kerja dan politik yayasan Jerman itu sebagai penyelenggara menambahkan
„Tahun 1970-an masalahnya lebih menyangkut masalah fisik, artinya tema yang diperdebatkan adalah tentang keselamatan kerja. Sekarang masalahnya lebih menyangkut masalah psikis, artinya tekanan pekerjaan dalam perusahaan menjadi sangat besar. Di sisi lain gaji para manajer naik tidak terkira, walaupun tanggung jawab mereka tidak mengalami kenaikan luar biasa. Orang melihat jurang besar di Jerman antara kaya dan miskin, dan dari situ muncul potensi ketidak puasan dari para pekerja.“
Dalam 10 tahun terakhir orang-orang hanya memikirkan yang penting memiliki kerja. Kualitas kerja tidak lagi diperhatikan.
„Justru kebalikannya, di tengah perkembangan trend semakin sulitnya mempertahankan pekerjaan dan lokasi kerja, banyak pekerja dan organisasi yang mewakili pekerja, rela menukar semua itu dengan kebutuhan sosialnya, atau dapat dikatakan menjualnya.“
Profesor Dieter Sauer berpendapat , lingkup pekerjaan yang semakin beragam, intensifikasi pekerjaan dan tuntutan fleksibilitas berdampak beban yang terus meningkat bagi para pekerja. Rolf Büttner, ketua Asosiasi pekerja, Union Network International (UNI) bidang pos dan logistik juga melihat tendensi tersebut.
Beban Globalisasi Bagi Para Pekerja
Globalisasi diiringi dengan semakin terbukanya peluang pasar internasional. Potensi perkembangan misalnya di pasar bidang pos dan transportasi, sangat menarik minat berbagai perusahaan baru untuk turut meraup laba di bidang ini. Hal yang juga membuat semakin ketatnya persaingan harga. Di sektor-sektor yang banyak mengandalkan dan sangat tergantung dari tenaga kerja manusia, tekanan persaingan harga menjadi beban tekanan yang dirasakan pekerjanya. Demikian diungkapkan Büttner
„Misalnya kondisi kerja di sektor transportasi pengakutan barang di jalan raya, besarnya tekanan harga, banyaknya order dari perusahaan dagang, juga besarnya biaya personal misalnya pengemudi . Ini menyebabkan semakin besarnya tekanan yang dirasakan. Dan di sektor transportasi kami menemui banyaknya pengemudi yang dibayar sampai 50 persen di bawah tarif normal. Itu terjadi karena perusahaan mengelak dari perjanjian standar tarif dan dengan persaingan harga yang ketat, tentu saja tekanan ini berdampak pada kondisi kerja yang baik.“
Selain itu adanya pekerja asing ilegal yang bersedia dibayar dengan upah sangat rendah, misalnya dari Rusia, Hungaria dan Polandia juga berpengaruh bagi kondisi kerja di Jerman. Ketua asosiasi pekerja internasional, UNI bidang pos dan logistik, Rolf Büttner
„Anda tentu sudah pernah membaca di surat kabar, dimana di tempat perhentian untuk istirahan di jalan tol, terlihat para supir truk yang memasak, menginap di truknya karena mereka tidak mampu membayar tempat menginap. Dan saat tengah bertugas mengemudi truk barang, banyak supir menghadapi kenyataan bahwa perusahaannya bangkrut dan tidak tahu bagaimana ia dengan truk barang itu dapat pulang kembali ke rumahnya. Pelanggaran berupa pemberlakuan jam kerja yang sangat tinggi, dan semakin meningkatnya jumlah kecelakaan dari truk barang di jalan tol menunjukkan bagaimana tekanan harga, upah dan sosial berpengaruh terhadap para pekerja.“
Guna mengatasi masalah itu Andrea Nahles, wakil ketua partai sosial demokrat Jerman SPD, meminta adanya standar upah yang layak bagi kehidupan juga peningkatan kualifikasi para pekerja. Hingga saat ini upaya standar upah minimum belum berhasil ditetapkan di Jerman. Putaran pembicaraan di tingkat pemerintahan koalisi untuk penetapan standar upah minimum di sektor jasa pos yang diusulkan SPD, masih tetap gagal. Dan sementara ini pekerja jawatan kereta api Jerman tengah mengadakan mogok kerja.
Komite Tenaga Kerja Dan Politik FES
Masalah di dunia kerja itulah yang menjadi perhatian besar komite bidang tenaga kerja dan politik, dari yayasan Jerman Friederich Ebert Stiftung (FES). Ketuanya Helmut Weber
„Komite ini adalah salah satu dari berbagai komite dalam Friedrich Ebert Stiftung. Kami berusaha mempertemukan berbagai serikat pekerja, agar pengetahuan dan pengalaman mereka berguna bagi politik. Motto kami dari pabrik sampai ke parlemen Jerman. Demikian kira-kira gambaran kerja kelompok kami. Para politisi sering tidak lagi memiliki gambaran tentang realita yang berlangsung di perusahaan. Kami mencoba mengisi kesenjangan ini. Selain itu kami mencoba membuat keputusan politik lebih transparan bagi serikat pekerja. Jadi mencoba memberikan pengertian kepada mereka dalam tekanan bagaimana keputusan politik itu diambil.“
Tentu saja situasi kerja di Jerman cukup baik, karena Jerman negara yang maju. Tapi Helmut Weber dari FES menjelaskan lebih lanjut
„Meskipun demikian masih banyak hal di Jerman yang belum berfungsi baik. Di perusahaan, industri atau juga di perekonomian. Dan saya dapat membayangkan, pekerjaan yang baik juga akan membawa keuntungan bersaing bagi produk Jerman, kualitas bekerja di Jerman dapat menjadi merk dagang di seluruh dunia.
Pengaruh Globalisasi Bagi Dunia Kerja

Globalisasi menuntut fleksibilitas dan tuntutan kerja yang semakin tinggi, namun ini tidak diiringi kenaikan upah yang tinggi, melainkan jam kerja yang terus meningkat.

Situasi buruk yang dialami pekerja juga tengah menjadi trend di Eropa, termasuk Jerman.Uni Eropa memang menetapkan ketentuan situasi bekerja yang baik, tapi karena kewenangan politik tenaga kerja berada di tingkat nasional, hal ini jarang dibahas dalam masyarakat. Yayasan Jerman Friedrich Ebert Stiftung mencoba mengangkat tema tersebut beberapa waktu lalu di Berlin, dalam sebuah diskusi "Von humanisierter zu guter Arbeit" atau dari pekerjaan yang lebih manusiawi ke pekerjaan yang baik
Prof. Dieter Sauer: „Hampir 50 persen para pekerja melakukan tugasnya di bawah tekanan waktu. Juga banyak yang mengeluh mengalami gangguan psikis, seperti depresi atau ketakutan. Inilah tendensi penyakit yang meningkat 70 persen di kalangan pekerja, sejak sepuluh tahun terakhir.“
Prof Dieter Sauer dari Institut untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial München menyampaikan dampak kondisi yang buruk di tempat kerja dalam diskusi yang diselenggarakan Friedrich Ebert Stiftung (FES).
Helmut Weber, ketua komite urusan tenaga kerja dan politik yayasan Jerman itu sebagai penyelenggara menambahkan
„Tahun 1970-an masalahnya lebih menyangkut masalah fisik, artinya tema yang diperdebatkan adalah tentang keselamatan kerja. Sekarang masalahnya lebih menyangkut masalah psikis, artinya tekanan pekerjaan dalam perusahaan menjadi sangat besar. Di sisi lain gaji para manajer naik tidak terkira, walaupun tanggung jawab mereka tidak mengalami kenaikan luar biasa. Orang melihat jurang besar di Jerman antara kaya dan miskin, dan dari situ muncul potensi ketidak puasan dari para pekerja.“
Dalam 10 tahun terakhir orang-orang hanya memikirkan yang penting memiliki kerja. Kualitas kerja tidak lagi diperhatikan.
„Justru kebalikannya, di tengah perkembangan trend semakin sulitnya mempertahankan pekerjaan dan lokasi kerja, banyak pekerja dan organisasi yang mewakili pekerja, rela menukar semua itu dengan kebutuhan sosialnya, atau dapat dikatakan menjualnya.“
Profesor Dieter Sauer berpendapat , lingkup pekerjaan yang semakin beragam, intensifikasi pekerjaan dan tuntutan fleksibilitas berdampak beban yang terus meningkat bagi para pekerja. Rolf Büttner, ketua Asosiasi pekerja, Union Network International (UNI) bidang pos dan logistik juga melihat tendensi tersebut.
Beban Globalisasi Bagi Para Pekerja
Globalisasi diiringi dengan semakin terbukanya peluang pasar internasional. Potensi perkembangan misalnya di pasar bidang pos dan transportasi, sangat menarik minat berbagai perusahaan baru untuk turut meraup laba di bidang ini. Hal yang juga membuat semakin ketatnya persaingan harga. Di sektor-sektor yang banyak mengandalkan dan sangat tergantung dari tenaga kerja manusia, tekanan persaingan harga menjadi beban tekanan yang dirasakan pekerjanya. Demikian diungkapkan Büttner
„Misalnya kondisi kerja di sektor transportasi pengakutan barang di jalan raya, besarnya tekanan harga, banyaknya order dari perusahaan dagang, juga besarnya biaya personal misalnya pengemudi . Ini menyebabkan semakin besarnya tekanan yang dirasakan. Dan di sektor transportasi kami menemui banyaknya pengemudi yang dibayar sampai 50 persen di bawah tarif normal. Itu terjadi karena perusahaan mengelak dari perjanjian standar tarif dan dengan persaingan harga yang ketat, tentu saja tekanan ini berdampak pada kondisi kerja yang baik.“
Selain itu adanya pekerja asing ilegal yang bersedia dibayar dengan upah sangat rendah, misalnya dari Rusia, Hungaria dan Polandia juga berpengaruh bagi kondisi kerja di Jerman. Ketua asosiasi pekerja internasional, UNI bidang pos dan logistik, Rolf Büttner
„Anda tentu sudah pernah membaca di surat kabar, dimana di tempat perhentian untuk istirahan di jalan tol, terlihat para supir truk yang memasak, menginap di truknya karena mereka tidak mampu membayar tempat menginap. Dan saat tengah bertugas mengemudi truk barang, banyak supir menghadapi kenyataan bahwa perusahaannya bangkrut dan tidak tahu bagaimana ia dengan truk barang itu dapat pulang kembali ke rumahnya. Pelanggaran berupa pemberlakuan jam kerja yang sangat tinggi, dan semakin meningkatnya jumlah kecelakaan dari truk barang di jalan tol menunjukkan bagaimana tekanan harga, upah dan sosial berpengaruh terhadap para pekerja.“
Guna mengatasi masalah itu Andrea Nahles, wakil ketua partai sosial demokrat Jerman SPD, meminta adanya standar upah yang layak bagi kehidupan juga peningkatan kualifikasi para pekerja. Hingga saat ini upaya standar upah minimum belum berhasil ditetapkan di Jerman. Putaran pembicaraan di tingkat pemerintahan koalisi untuk penetapan standar upah minimum di sektor jasa pos yang diusulkan SPD, masih tetap gagal. Dan sementara ini pekerja jawatan kereta api Jerman tengah mengadakan mogok kerja.
Komite Tenaga Kerja Dan Politik FES
Masalah di dunia kerja itulah yang menjadi perhatian besar komite bidang tenaga kerja dan politik, dari yayasan Jerman Friederich Ebert Stiftung (FES). Ketuanya Helmut Weber
„Komite ini adalah salah satu dari berbagai komite dalam Friedrich Ebert Stiftung. Kami berusaha mempertemukan berbagai serikat pekerja, agar pengetahuan dan pengalaman mereka berguna bagi politik. Motto kami dari pabrik sampai ke parlemen Jerman. Demikian kira-kira gambaran kerja kelompok kami. Para politisi sering tidak lagi memiliki gambaran tentang realita yang berlangsung di perusahaan. Kami mencoba mengisi kesenjangan ini. Selain itu kami mencoba membuat keputusan politik lebih transparan bagi serikat pekerja. Jadi mencoba memberikan pengertian kepada mereka dalam tekanan bagaimana keputusan politik itu diambil.“
Tentu saja situasi kerja di Jerman cukup baik, karena Jerman negara yang maju. Tapi Helmut Weber dari FES menjelaskan lebih lanjut
„Meskipun demikian masih banyak hal di Jerman yang belum berfungsi baik. Di perusahaan, industri atau juga di perekonomian. Dan saya dapat membayangkan, pekerjaan yang baik juga akan membawa keuntungan bersaing bagi produk Jerman, kualitas bekerja di Jerman dapat menjadi merk dagang di seluruh dunia.“

Sabtu, 06 Februari 2010

Sembahyang malam

Antara gelap dan terang
Cahaya gemerlap dan lampu yang lelap
Padamkan saja......
Biarlah kamar ini menjadi malam seterusnya....
Untuk pertemuan............
Pertemuan antara aku dan kekasihku..........
Gelap,Lelap dalam sujud malam ini....
Tubuhku menggigil dan gemetaran.....
Kekasih....Mana tanganmu?
Tolong Rabalah ini luka2ku....
DAn gelap,Dalam sYahdu.........
Kaw kan slalu ada di hatiku..............